blogkoding cineblog scscrc123 indoblog Tradisi Bahuma Baruh dan Bahuma Lungkung - Arlong's Diary
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tradisi Bahuma Baruh dan Bahuma Lungkung

Bahama berarti bertani, atau lazimnya masyarakat banjar bertani Padi, berikut ini adalah cara - cara bahuma masyarakat pahuluan, khususnya Desa Suput - Kabupaten Tabalong, yang mana cara - cara tersebut hanya ada pada budaya Banjar, baik cara menanam maupun cara menghitung hari menanamnya. Bahuma disini kita klasifikasikan menjadi dua, yaitu: bahuma baruh dan bahuma lungkung. Bahuma Baruh adalah bertani di sawah tadah hujan, yang mana musim bertani hanya dilakukan apabila musim hujan tanpa menggunakan irigasi, karena disini bahuma bukan mata pencaharian pokok, sedangkan bahuma lungkung adalah bertani di tanah kering, atau juga kadang - kadang disebut juga bahuma gunung. 


Cara - cara menghitung hari yang bagus untuk bertanam banih/padi, adalah menghitung dengan memakai bilangan bulan Arab (Muharam, Safar, Rabiul Awal dst), dengan dimulai tanggal satu, dihitung dengan perhitungan Baras, Banih, Lambukut, Dadak. Dengan kata lain hitungan dengan kelipatan empat, yang mana 1, 5, 9, dst adalah kena hari Baras, dipercaya akan banyak mendapatkan hasil berupa beras, kelipatan 2, 6, 10 dst adalah kena hari Banih, dipercaya juga banyak mendapatkan banih/padi yang belum digiling, selanjutnya adalah hari Lambukut dan Dadak, dipercaya menanam pada dua hari tersebut kurang mendapatkan hasil atau juga hasilnya jelek.

1.      Bahuma Baruh
  • Langkah awalnya adalah Barimba, atau membersihkan rumput atau tanaman yang tumbuh lebat di areal baruh, hal ini juga biasanya diawali dengan menyemprotkan herbisida, guna memudahkan marimba. Rumput hasil marimba ini bisa dimanfaatkan sebagai pembuat Galang atau pembatas areal.
  • Biasanya ditengah – tengah barimba atau marimba, maka petani akan membersihkan areal seluas tikar / salumbah tikar, guna Manaradak atau juga Maandal. Manaradak adalah menyemai banih / bibit padi di area salumbah tikar, sedangkan maandal menyemai padi secara beraturaan dengan cara membuat lubang-lubang sehingga tumbuhnya teratur dan rapi.
  • Setelah areal bersih dari rumput, dan banih hasil taradakan/andalan sudah tumbuh dengan bagus, maka proses penanaman dilakukan dengan cara bikin lubang dengan cara menacapkan kayu ketanah kemudian ditanami padi yang sudah dicabut dengan akar-akarnya, proses ini disebut Mamacak.
  • Setelah selesai mamacak, kemudian rumput yang tumbuh disekitar tanaman padi akan dibersihkan.
  • Buah Padi maurai dan masak, proses selanjutnya adalah memotong padi, dengan cara Mangatam / merontokan padi dengan Ranggaman / alat potong padi tradisional yang terbuat dari kayu dan silet, atau juga dengan cara Maharit / memotong dengan arit atau sabit.

2.      Bahuma Lungkung
  • Bermula dengan proses Manabas / membersihkan hutan dari kayu-kayuan kecil, proses ini biasa disebut dengan membuka lahan
  • Batabang/menebang kayu yang besar.
  • Memotong dahan – dahan kayu yang sudah ditebang tadi.
  •   Manyalukut / membakar hutan.
  • Mamanduk / membereskan sisa – sisa pembakaran.
  • Manugal, proses ini adalah bertanam padi dengan menacapkan asak atau pasak, kemudian lubang bekas tancapan tersebut diisi dengan banih / bibit padi, biasanya pada proses ini dilakukan dengan cara gotong royong baarian, baarian adalah membantu secara bergilir, ini adalah bukti betapa luhurnya budaya gotong royong.
  •   Marumput kemudian Mangatam.

Setelah mangatam biasanya padi akan di Irik atau dirontokan dengan cara diinjak, kemudian Maruda (memisahkan Padi dengan Hampa Barat/padi yang tak berisi) dengan alat Rudaan atau pompa Padi tradisional, setelah bersih hasil Padi pun disimpan dalam Karambas / Kinday yang mana bentuknya adalah kotak besar yang terbuat dari papan, padi kemudian digiling dan berasnya disimpan di Padaringan, dan sisa /  kulit Padi hasil penggilingan.