blogkoding cineblog scscrc123 indoblog Kampret yang Pengen Aktif Nulis Blog Lagi (Baca: Kampret Go Blog) - Arlong's Diary
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kampret yang Pengen Aktif Nulis Blog Lagi (Baca: Kampret Go Blog)





"Anda bosan tiap postingan saya selalu diawali qoute ngawur?, sama saya juga" - Arlong, kini sudah 28 tahun punya anak dan bini wehehehehe.


Saya tidak akan mengawali tulisan ini dengan ngeluh semisal "wah lama gak nulis, jari-jari pada karatan" atau "Sorry baru posting tulisan, sibuk kerja" atau yang lebih ekstrim lagi "Lama gak nulis nih, maklum job waria lagi ramai, cyn !"

Wat de fak, saya tentu merindukan masa-masa dulu ketika masih jadi mahasiswa, bebas berteman, keluyuran dan mangkal di perempatan. Semua itu tentu saja bikin asupan informasi jadi numpuk dan sayang gak ditulis di blog. 

Oh iya, satu lagi, bebas ngomong jorok. Dulu, tentu saja saya tidak terikat dengan beban moral untuk ngomong jorok, status cuman mahasiswa kok, biarin aja slengean. Nah sekarang, udah jadi dosen, di kampus universitas Islam pula. Hedeeh, kadang disitu saya merasa dosen kampus Islam yang tidak Islami.

Dunia emang kayak gini ya, namun saya pantas untuk hidup, menikmatinya sambil bergumul dengan secangkir kopi panas, buku-buku favorit, suara radio, omelan isteri tentunya. 

Setidaknya, menulis adalah bentuk kerinduan pada masa lalu. Ketidakmampuan diri untuk kembali dengan lorong waktu, hanya bisa menghadirkan suasana dan diorama, sesekali nyetel lagu Oma Irama. Asek !.

***

Persis seperti apa yang saya katakan pada mahasiswa, "Mengapa manusia mempunyai sejarah?, karena dia punya pikiran dan memori. Dengan keduanya, manusia mengevaluasi apa yang telah terjadi untuk merajut yang akan terjadi". Konon, penggalan kata ini saya dapatkan setelah baca pengantar novel Arus Balik-nya Pram.

Setidaknya kata-kata tersebut bikin saya merenung dan menuliskannya pada blog. Bercermin pada masa lalu sebagai manusia merdeka pranikah, kemudian merencanakan masa depan sebagai manusia yang juga merdeka pascanikah.

Oh iya tentu, punya isteri dan anak membuat pola hidup saya tidak seperti masa jadi mahasiswa dulu. Tanggung jawab, prioritas hidup dan nafkah bukan untuk diri saya sendiri lagi. Mesti harus dibagi. Jika dibanding dengan masa dulu, tentu sekarang saya merasa "terjajah".

Untungnya, sejarah seakan membebaskan saya dari kungkungan perasaan itu. Sejarah tidak menghapus luka, tapi mengajak tumbuh bersama luka. Saya mesti harus mendefinisikan ulang arti kata merdeka itu. Lalu tercetus istilah merdeka pranikah dan merdeka pascanikah.

Merdeka pranikah tentu saja sebebas burung terbang, melayang dan menjuntai dalam selawar. Tidak terikat pula dengan aturan apapun. Meski begitu, tentu tetap taat Pancasila, UUD 45 dan aturan agama. Btw, saya bukan pemuja liberalisme, apalagi pemuja Ikatan Cinta. 

Lalu, merdeka pranikah tentu saja berbeda dengan merdeka pascanikah, titik perbedaan itu adalah penggunaan waktu. Setidaknya merdeka pranikah, saya seenaknya saja membuang-buang waktu dengan membaca buku, berteman sambil keluyuran, dan berteman sambil kayang dipinggir jalan. Namun, merdeka pascanikah semua itu terbatas, saya harus membagi waktu saya untuk isteri, anak, pekerjaan dan hobi.

Yah, memang pada saat awal-awal nikah, saya merasa kemerdekaan pranikah saya terenggut begitu saja. Juga keperjakaan saya ikut-ikutan terenggut. Oh tidaaaaak. Namun semakin kesini, semakin nyasar, semakin banyak petuah dari nyasar. 

Berawal dari pertanyaan, bagaimana caranya agar saya tetap merasa merdeka seperti belum nikah tapi dalam kondisi sudah menikah?. Tentu pertanyaan ini tidak terjawab secara instan, meski berdarah-darah melewati masa-masa perjuangan dengan omelan istri. Saya anggap itu adalah pengorbanan. *lagu Oma Irama mode on*.

Berkat keinginan untuk berubah dan pantat yang lebar (orang sabar pantatnya lebar) atas omelan isteri akhirnya saya menemukan jawabannya. Mindset merdeka harus diubah. Omelan istri tidak perlu dilawan, tapi harus di-gendang dangdut-kan. Iyalah, kenyataan buruk harus disikapi dengan strategi yang baik, dengan mendangdutkan omelan contohnya.

Bisa bayangin kan, omelan semisal "baguuuus, malam-malam pagar gak dikunci, TV ilang baru tahu rasa" akan didangdutkan dengan irama lagu Terlena misalnya. Tinggal digendangkan saja pas isteri lagi ngomel, dijamin Anda dapat ceramah agama 7 sks. Wkekekkeek

Selama ini saya menganggap merdeka adalah melakukan apapun sebebas mungkin. Konsekuensinya saya sering abai dengan tanggung jawab. Kini, hadirnya isteri, anak, dan pekerjaan membuat saya menyadari bahwa ada hak yang harus saya penuhi dan bagi. Di dalam semua itu tentu memberikan kemerdekaan saya untuk memenuhinya. Di sisi lain tanggung jawab itu membuat saya menjadi pribadi yang disiplin dan adil.

Kemerdekaan pascanikah bukan terletak pada kebebasan waktu, namun kebahagiaan berbagi dan keterisian hati, membuat saya menjadi orang baru yang bebas berbagi kebahagiaan, energi positif dan tentu saja menggiati hobi dengan pikiran yang lebih ringan. 

Isteri, anak dan pekerjaan yang awalnya adalah belenggu harus diubah menjadi motivasi hidup untuk lebih merdeka dan bahagia. Saya rasa inilah titik poin merdeka pasca nikah.

Lalu, darimana saya mendapatkan wangsit untuk merubah mindset merdeka ini. Tentu saja dari menulis. Tepatnya menulis di blog ini.

***

Saya jadi teringat pada Prof. Ersis, satu di antara guru saya. Blio pernah memberikan wejangan dalam bukunya, tulislah yang ada dalam pikiran. 

Dan, saya melakukannya. Seakan curhat. Jari jemari menari striptis dengan erotisnya pada tuts papan ketik laptop. Menulis ternyata memunculkan penyadaran, selain itu membawa pada kenangan masa lalu. 

Memang, saya tidak mungkin kembali ke masa-masa merdeka pranikah. Namun, saya harus menghargai masa kini dan merajut kemerdekaan baru untuk menciptakan kebahagiaan yang baru pula. 

Rasa tidak akan pernah sama, karena ruang manusia terikat dengan waktu. Hanya ingatan dan memori yang bisa membantu menghadirkan kenyataan semu. Tentu, itu bukan belenggu, tapi energi dari masa lalu yang melaju, melintasi masa kini tanpa rasa ragu.


2 comments for "Kampret yang Pengen Aktif Nulis Blog Lagi (Baca: Kampret Go Blog)"

husaini 31 March 2021 at 22:49 Delete Comment
dan akhirnya ketika diizinkan, sejarah pun akan mencatat fase ketika menjadi nini kai...😎
husaini 31 March 2021 at 22:50 Delete Comment
dan akhirnya ketika diizinkan, sejarah pun akan mencatat fase ketika menjadi nini kai...😎